Ciptakan Filantropi Jelang Pilkada Bima

pilkada bima

Modernis.co, Bima – Sudah menjadi lumrah bagi sebagian orang dalam memilih calon pemimpin sebagai pengemban amanah, mewakili seluruh masyarakat yang dipimpin. Pemimpin dalam kacamata dunia adalah orang yang mampu mengayomi, mensejahterakan, serta pelayan untuk masyarakat, karena memang sifatnya melayani.

Dalam hal ini penulis menitikberatkan pada pemilihan kepala daerah (pilkada) kabupaten Bima, yang akan  diselenggarakan di penghujung tahun 2020 ini.  Ada hal yang seakan terlupakan dalam pesta demokrasi per-lima tahunan sekali ini, yaitu kesadaran dalam membina emosional antar sesama.

Kadang kita lebih mementingkan unsur diametral yang akan mengisahkan luka dan permusuhan, dan melacurkan unsur filantropi yang merenggut keutuhan silaturahim antar sesama.

Dalam tulisan ini, penulis menawarkan sedikit banyak metamorfosa kesadaran dalam menyambut pilkada yang aman dan damai, yaitu ;

1. Nurani Intelektual

Kita semua sadar bahwa menempatkan pilihan adalah hak asasi setiap manusia, dan tidak ada yang bisa mengintervensi kecuali nurani masing-masing.

Maka dari itu diperlukan ketukan hati nurani dalam memilih bakal calon pemimpin, yang akan di amanahkan selama periode lima tahun kedepan.

Kendati demikian, berbeda pilihan adalah sesuatu yang wajar, namanya juga demokrasi. Yang terpenting tetap menjaga keutuhan demokrasi itu sendiri dengan menjalankan pesta pilkada ini dengan aman dan damai.

2. Kooperatif dengan penyelenggara Pemilu

Hal terpenting dalam pemilihan adalah mampu bekerjasama dengan penyelenggara pesta pilkada ini, tidak akan terjadi pemilihan tanpa penyelenggara. Sebab kita hidup di Negara hukum yang setiap kegiatan demokrasi di atur dalam undang-undang.

Artinya bersikap kooperatif dengan penyelenggara itu perlu, ketika ada kejanggalan yang mencoreng marwah pilkada maka segera laporkan pada mereka yang memiliki wewenang.

Bukan tidak bisa kita mencegahnya dengan tangan sendiri, hanya saja kita tidak memiliki legitimasi hukum. Dengan demikian percayakan saja pada mereka untuk menjalani tugasnya dengan sebaik baik mungkin.

3. Hindari Kontradiksi

Berbeda pilihan adalah hal yang wajar dalam setiap pemilihan apapun, apalagi dalam konteks pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Pasalnya setiap bakal calon yang diusung adalah orang yang kita yakini mampu mengangkat citra daerah Bima kedepannya, agar Bima dapat bersaing dalam kancah daerah di pelosok negri. Maka diperlukan sosok pemimpin yang mampu menjalankan amanah masyarakat ini dengan sebaik-baiknya. Namun tidak harus kita jadikan kontradiksi dalam pilkada ini sebagai pemutus silaturahim.

Saling mencibir satu sama lain dan berakhir kolosal di layar media, padahal dulu adalah sahabat karib. Bukan itu yang kita inginkan, mari saling mengangumi atas nama ketulusan.

4.  Dari Masyarakat Untuk Masyarakat

Dan pada akhirnya di penguhujung adendum tulisan ini, sejatinya setiap pesta demokrasi dalam bentuk apapun pasti muaranya akan kembali ke masyarakat. Artinya masyarakat adalah penentu kebijakan diatas kebijakan dalam Pilkada ini, dan nantinya pemimpin yang terpilih adalah pilar daerah ini.

Semua saling berkesinambungan, saling menguntungkan satu sama lain dengan harapan terciptanya kesejahteraan dan keadilan yang merata untuk daerah Bima Dalam suasana pandemi saat ini, isu pilkada seakan luput dari atensi publik, dan semua harus dijalankan sesuai protokol kesehatan Covid 19 ini.

Kendati demikian dilangsir dari sindonews.com, tentang KPUD gelar rakor tahapan lanjutan Pilkada 2020. “ Meski dalam keadaan new normal saat ini, pemungutan suara serentak akan tetap dilaksanakan walaupun diundur pada tanggal 9 Desember akhir tahun ini, dengan ketentuan pemilihan harus sesuai dengan protokol kesehatan Covid 19 “.

Sesuai kabar yang terpampang di media massa, ada 3 bakal calon yang akan maju pada pilkada kabupaten Bima di 2020 ini, yaitu: SYAFAÁD (Drs.H.Syafuddin H.M.Nur,M.Pd & Ady Mahyudi) Petahana (Indah Damayanti Putri, SE & M. Dahlan, M. Noer) IMAN (Dr.H. Irfan & H. Herman Alfa Edison).

Ketiga bakal pasangan calon ini tengah blusukan dengan ciri khas masing-masing saat ini, segala cara dilakukan untuk menggait suara masyarakat, dari door to door hingga kunjungan wilayah. Hal demikian adalah sesuatu yang wajar kita jumpai dalam setiap perguliran pesta demokrasi per lima setahun sekali ini.

Pada akhirnya, siapapun yang akan terpilih sebagai Bupati dan wakil Bupati Bima nantinya, semoga mampu memiliki konsep jitu untuk memakmurkan daerah Bima beserta masyarakatnya, mampu menepati janji yang telah dijanjikan, mampu menghadapi setiap manuver politik yang mengancam eksistensi daerah Bima.

Dengan harapan kedepan mampu bekerjasama dengan petani dalam mensukseskan hasil pertanian. Mampu menimalisir angka kemiskinan, mampu memperbaiki segala infrastruktur masyarakat yang sangat membutuhkan, mampu memajukan bidang kesehatan di setiap rumah sakit dan puskesmas, dan hal-hal perlu lainnya.

Semoga kerukunan antar sesama tetap terjaga meski berbeda pilihan. Terhindar dari badut mascot kapitalis yang menghalalkan segala cara demi menduduki tahta. Jadikan slogan Maja Labo Dahu sebagai ciri khas Bima untuk bersikap dan bertanggung jawab.

Dengan demikian tentu menjadi harapan bersama, agar gelaran pesta demokrasi tahun ini dapat berjalan dengan aman, damai, serta tidak lagi memakan korban seperti di tahun 2019 silam. Wallahu alam bishawab.

*Penulis : OmChan

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment